Rabu, 14 November 2012

KUDA LUMPING... HITAM PUTIH SI JARAN KEPANG.


Jaran kepang adalah salah satu jenis kesenian dari sekian banyak kesenian khas yang di miliki di kabupaten malang, provinsi jawa timur. Seperti pada kesenian umumnya, musik yang ada dalam jaran kepang  pun terdiri dari music - musik dan pemain atau penari. Hanya saja jenis kesenian ini menampilkan sisi keunikan  tersendiri yang jarang di tampilkan dalam kesenian lain misalnya tarian ini mengunakan media kuda-kudaan yang terbuat dari musik tetapi tanpa kaki, di tunggangi oleh penari dan si penari menjadi kalap layaknya seseorang yang kesurupan atau kemasukan makhluk halus yang tidak tampak oleh mata. Ketika si penari sudah kalap ia akan melakukan gerakan-gerakan sesuai dengan bunyi usic seperti yang di jelaskan oleh pembina paguyuban kesenian khas malang, kabupaten malang, sugiono, berikut ini
“Orang-orang tertentu biasanya mereka pakai pecut berbau minyak kemudian ada kemenyannya, jadi di bakar kemenyan kemudian doa-doanya di baca, kadang ada yang baca doanya dengan loadspeaker,kalau orang kenduri disebut ujub. Setelah itu pecutnya di bunyikan keras, terus mereka berputar. Jadi intinya orang yang bisa kalap itu kalau sudah capai,  kalau orang sudah capai pikiran udah agak kosong biasanya kalap. Kadang kalau tidak cocok kendangnya yang sudah kalap marah”


Sementara instrument musik yang di mainkan terdiri dari angklung, kendang, jidor, gong, saron, gamelan, dan terompet. Namun kendanglah yang paling dominan dalam mengendalikan gerakan si penari. Komandonya itu kendang, mau naik turun – naik turun itu dari kendangnya. Kendangnya di naikkan tung tang tung lha itu mereka berputar-putar langsung nglundung…kalap.

Pada kesenian jaran kepang, banyaknya penari atau pemainnya tidak ditentukan jumlahnya. Bisa 6 atau 12 orang. Yang jelas menjadi seorang pemain jaran kepang tidak mudah karena biasanya kesenian ditampilkan dalam jangka waktu yang lam, sekitar 5 sampai 8 jam. Edi yang sudah menjadi penari atau pemain jaran kepang sejak tahun 2008 menuturkan bahwa menjadi penari jaran kepang merasa capek apalagi saat sedang kalap atau kerasukan roh halus. Ada yang lebih menarik dari kesenian jaran kepang ini yaitu  saat sedang kalap si penari biasanya melakukan hal-hal di luar akal sehat manusia. Seperti  memakan pecahan kaca/beling, tetapi benda tersebut tidak melukai anggota tubuhnya. Seperti yang di katakan oleh edi

“Enggak sampai luka kok.biasanya penontonlah justru yang terluka itu kalau pemain jarang yang luka. Itukan ada pawangnya sendiri, ada pendekarlah istilahnya.”

Selain melakukan hal-hal di luar akal sehat manusia ketika sedang kalap penonton merasa senang sehingga mereka akan bereaksi seperti tepuk tangan, tertawa, bersiul dan sebagainya. Hal ini membuat si penari secara tiba-tiba marah bahkan terkadang mengejar penonton karena merasa di ejek. Seperti yang di tuturkan oleh edi

“Katanya meledek roh halusnya begitu”


Lalu bagaimana dengan penonton, adakah perasaan takut saat menonton jaran kepang ini, vibi, salah seorang penonton jaran kepang yang usianya 9 tahun, meskipun takut tapi dirinya merasa senang menyaksikan kesenian ini. 

Ki Suryo


Kesenian jaran kepang menurut budayawan malang, ki suryo di perkirakan sudah ada sejak masa kerajaan singasari. Ketika sareng rono atau para prajurit beristirahat setelah latihan, mereka bersenang-senang menggunakan alat untuk latihan keprajuritan dan dibuat seperti kuda dengan musik jidor dan angklung. Menurut ki suryo jaran kepang sebenarnya merupakan symbolis dari bahasa dari bahasa jawa yang berarti suatu ajaran yang kepanggih atau ketemu. Selain itu berkaitan dengan sebuah kepercayaan pada kesuburan tanah.



Jadi jaran kepang malangan , jaran kepang dor yang ada di malang ini bener-bener memang ada sebab ada prasasti. Itu ditemukan di daerah wagir beliau pernah cerita begitu , bahwasanya disitu tertulis kalau di artikan begini, bahwasanya pada masa itu  yaitu sureng rono, sureng rono prajurit , namanya prajurit kelompok prajurit  singasari yang telah gladhi latihan keprajuritan. Dia istirahat akhirnya dia mencoba bersenang-senang dengan alat yang di pakai latihan perang tadi di buat suatu tarian yang di sebut jaran kepang tadi, di buat seperti kuda yang di naiki lha itu… lalu yang ke dua bahwasanya mereka masih percaya berkenaan dengan  mereka kalau sudah melakukan istilahnya kalau orang sekarang mengatakan kalap gitu ya… kesurupan, itu ada sesuatu yang mereka dapatkan. Mereka itu kalau pada waktu kakinya itu nggedruk atau kencak itu bisa menyuburkan tanah.

Dengan air keringatnya yang menetes ke bumi itu bisa menyuburkan, itu kepercayaan kalau mereka sudah memainkan jaran kepang dor yang bener-bener orsinal.

Pada setiap kesenian tentu memberikan makna dan pesan  bagi para penonton atau penikmatnya. Begitu pun dengan kesenian jaran kepang yang tidak hanya memberikan sebuah pertunjukan yang menghibur saja, tetapi mengandung pesan bagi kehidupan manusia.
Seperti yang di tuturkan oleh ki suryo berikut ini.

“Selama ini memang kalau kita, masyarakat tidak mengerti suatu kesenian, mereka cuma sebagai tontonan yang sebagai hiburan biasa. Setelah selesai ya selesai sudah seperti hilang tetapi sebenarnya kita harus mengembalikan dulu bahwa nenek moyang kita/ leluhur kita membuat kesenian, itu selain suatu hiburan juga mengandung arti tentang.. Ada pesan yang nanti setelah selesai kesenian dan dia pulang yang menonton itu akhirnya mendapat suatu ilmu/pesan itu. Nah, di sini kita mencoba kembali bukan suatu hiburan saja tetapi untuk menggali lagi untuk mengungkap kembali dengan teman-teman yang dari komunitas budaya ini untuk mengeluarkan lagi pesan – pesan yang terkandung dalam kesenian itu. Seperti di kesenian jaran kepang, yang pertama dalam kekompakan, ya.. Jadi sesuatu itu diambil  dari suatu ajaran yang kepanggih, mana yang perlu di temukan kepanggihnya itu. Jadi yang pertama adalah kekompakan dari mereka. Kalau mereka tidak kompak saya kira suatu contoh yang tidak bagus. Lalu kesadaran dan sadar mereka, bawasannya tanpa menggarapkam menghitung materinya dulu tapi dia sudah ada niatan untuk mengajarkan umpamanya begitu. Nah itu , adalah yang kedua. Lalu yang ke tiga, adalah mereka setelah di tempat itu melakukan itu mereka tidak ada tingkatan yang mereka bawa atau pesan mereka adalah kebersamaan dari kita adalah perlu tidak menonjolkan  masing-masing. Jadi tidak aku yang lebih pandai tetapi mereka adalah masing-masing saling mendukung.”


Pada setiap kesenian tentu memberikan makna dan pesan  bagi para penonton atau penikmatnya. Begitu pun dengan kesenian jaran kepang yang tidak hanya memberikan sebuah pertunjukan yang menghibur saja, tetapi mengandung pesan bagi kehidupan manusia.
Seperti yang di yuyurkan oleh ki suryo berikut ini.

“Selama ini memang kalau kita, masyarakat tidak mengerti suatu kesenian, mereka cuma sebagai tontonan yang sebagai hiburan biasa. Setelah selesai ya selesai sudah seperti hilang tetapi sebenarnya kita harus mengembalikan dulu bahwa nenek moyang kita/ leluhur kita membuat kesenian, itu selain suatu hiburan juga mengandung arti .. Ada pesan yang nanti setelah selesai kesenian dan dia pulang yang menonton itu akhirnya mendapat suatu ilmu/pesan itu. Nah, di sini kita mencoba kembali bukan suatu hiburan saja tetapi untuk menggali lagi untuk mengungkap kembali dengan teman-teman yang dari komunitas budaya ini untuk mengeluarkan lagi pesan – pesan yang terkandung dalam kesenian itu. Seperti di kesenian jaran kepang, yang pertama dalam kekompakan, ya.. Jadi sesuatu itu diambil  dari suatu ajaran yang kepanggih, mana yang perlu di temukan kepanggihnya itu. Jadi yang pertama adalah kekompakan dari mereka. Kalau mereka tidak kompak saya kira suatu contoh yang tidak bagus. Lalu kesadaran dan sadar mereka, bawasannya tanpa menggarapkam menghitung materinya dulu tapi dia sudah ada niatan untuk mengajarkan umpamanya begitu. Nah itu , adalah yang kedua. Lalu yang ke tiga, adalah mereka setelah di tempat itu melakukan itu mereka tidak ada tingkatan yang mereka bawa atau pesan mereka adalah kebersamaan dari kita adalah perlu tidak menonjolkan  masing-masing. Jadi tidak aku yang lebih pandai tetapi mereka adalah masing-masing saling mendukung.”



Seiring dengan perkembangan zaman dan begitu gencarnya budaya asing yang masuk ke indonesia, apakah jaran kepang harus musnah di makan zaman ?
Ki surya mengungkapan

“Saya malah tidak khawatir dengan istilah yang di gembor-gemborkan adalah kita lebih nanti akan terhanyut, akan terlena dengan seni yang dari luar, ya .. Orang luar malah tertarik, sekarang jaran kepang sempat ke perancis"

Jaran kepang… Dibalik keunikannya dengan melibatkan dua dunia yang berbeda, yaitu dunia alam nyata dan dunia alam yang tak nampak adalah salah satu kekayaan negeri yang perlu di lestarikan sebagai suatu penghargaan terhadap hasil karya anak bangsa indonesia sehingga tidak akan punah di makan zaman...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar